Aku pun bertanya..


Aku  bertanya, “Buat apa bersama jika masih tak menghargai?”
Dan akupun menanyakan buat apa kita bersama jika masih ada prasangka dalam dada.
Lagi-lagi, aku menanyakan, buat apa kita bersama jika masih belum ada peningkatan dalam amal ibadah kita.
Tak berhenti, aku menanyakan lagi buat apa kita bersama jika masih ada sakit dalam hati.
Dan aku  pun dengan miris bertanya, buat apa kita bersama jika masih tersemat maksiat dalam laku.

Ketika orang lain memilih untuk hidup sendiri, aku memilih untuk bersama. Ada rasa yang tak biasa ketika aku memutuskan perkara ini, tentu segala konsekuensi haruslah difikir secara matang dan tidak gegabah. Yah bersama untuk satu tujuan. Bersama untuk saling melengkapi. Bersama untuk saling mengevaluasi demi perbaikan diri. 

Tantangan demi tantangan tentunya mulai menghampiri diri ini, menguji ketahanan dan kedewasaanku . Tak mungkin , aku bisa menyelami pribadi kalian dalam kurun waktu beberapa bulan ataupun beberapa hari. Meskipun aku dibesarkan dalam saudara banyak yang memiliki karakternya masing-masing. Namun, kultur disini yang jauh berbeda antara kita membuat aku harus menyelami pribadi kalian. Bagaimana mungkin aku menyelami pribadi kalian, namun aku tidak dapat menyelami pribadiku sendiri. 

Kubaca kembali firman persaudaraan-Nya, adakah yang salah dalam sikap ku selama ini, terlalu naif jika aku merasa diri paling benar. Egoisme diri yang menutup segala celah untuk meminta maaf terlebih dahulu. Rasa gengsi dan kesombongan itu yang tak rela, aku berada dalam posisi salah dan harus mengalah.

Kubaca kembali firman persaudaraan-Nya, adakah perkataan buruk dalam berucap, terkadang lisan tak sadar telah menyakiti dan melukai hati-hati mereka yang bersih. Ingin rasanya mengunci setiap kata yang terlontar dalam lisan. Ingin rasanya seketika menjadi orang yang pendiam, sehingga tak ada lagi kata-kata yang menyimpan luka.

Kubaca  kembali firman persaudaraan-Nya, adakah hati yang selalu dipenuhi dengan prasangka. adakah hati yang selalu membenci, adakah hati yang maha pencemburu. Kemanakah hati yang bersih itu, kemanakah hati yang senantiasa bertasbih atas nama-Nya.

Aku mungkin tak sehebat dirimu, yang pandai mengurusi segala hal dengan cekatan..
Aku mungkin tak sepandai dirimu, yang pandai menyajikan berbagai hidangan lezat..
Aku mungkin tak secerdas dirimu, yang pandai dalam mempelajari hal baru..
Aku mungkin..aku mungkin..aaaah aku mungkin tak seperti dirimu...

Tapi, satu hal yang selalu kuingat dan kuyakini betul, bahwa Allah menciptakan kita berbeda untuk saling melengkapi, saling mengingatkan dan saling mendoakan. Lihatlah pelangi, tak akan nampak indah jika semuanya menjadi satu warna.

Allah, berikan aku sedikit waktu untuk mengenal mereka lebih dekat. Agar tak ada lagi prasangka dalam dada, yang tersisa hanyalah cinta tulus untuk saling mewarnai satu sama lain.
0 Responses