KOTA TUA DAN SAYA
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghargai sejarah dan teguh melestarikan tempat bersejarah”.
Tak cukup sehari menelusuri sisa-sisa kampung tua di Jakarta. Banyak
tempat-tempat bersejarah yang masih berdiri kokoh, menjadi saksi bisu akan
sebuah perkembangan kota Jakarta dan budaya masyarakat Jakarta. Memetik setiap hikmah dalam sebuah
perjalanan, setiap tempat yang saya kunjungi tentunya memiliki filosofinya
tersendiri. Jakarta adalah kota sejarah. Pada kesempatan kali ini saya Dina
Fauziah dan rekan-rekan Jelajah Elok Indonesia. Sebuah program yang diusung
oleh komunitas Youth Empowering untuk
mengenalkan wisata sejarah ibukota. Mulai dari museum Fatahillah hingga museum
Mandiri.
Berbicara mengenai kota tua tak lepas dari sebuah gedung megah nan kokoh yang
identik dengan kota tua. Museum sejarah jakarta atau yang biasa dikenal dengan
sebutan museum fatahillah merupakan ikon dari kota tua. Sejak tahun 1707 hingga 1949 tempat ini berfungsi sebagai
Balaikota (Stadhius :dalam bahasa
Belanda) Batavia pada masa gubernur Jendral Johan van Horn. Museum ini memamerkan koleksi benda dari
jaman prasejarah hingga masa kolonial di Jakarta. Koleksi museum sejarah
jakarta diklasifikasikan menjadi tiga bagian utama, koleksi zaman prasejarah : batu
asahan, gerabah, manik-manik. Koleksi zaman sejarah : alat ukur, foto, hasil
penggalian, hiasan dinding, Jam, Keramik, kuningan dan uang. Koleksi ethnografi
: buku perpustakaan, pakaian kolonial belanda, dan buku perpustakaan. Penjara
bawah tanah, dan patung dewa Hermes
menambah nilai historis gedung ini. Ironisnya, di sekitar gedung yang
mejadi ikon wisata kota tua banyak pedagang yang menjajakan barang dagangan
mereka, mengurangi nilai estetika museum ini.
Selain museum fatahillah, museum yang layak untuk dikunjungi adalah
museum wayang. Wayang adalah warisan kebudayaan Indonesia yang mewakili nilai dan
identitas bangsa Indonesia di kancah Internasional. Museum wayang yang berdiri
sejak tahun 1912 menjadi sangat khas dengan koleksi wayang nusantara yang
menggunakan material berbeda. Tak hanya koleksi wayang, koleksi berbagai topeng
juga menghiasi museum ini. Setiap bulan
ada pagelaran wayang di museum ini, dengan tujuan mengenalkan wayang melalui
media hiburan nan edukatif.
Bagi anda penikmat lukisan-lukisan
unik, tak lengkap rasanya jika tak singgah ke museum seni rupa dan keramik. Museum
yang diresmikan sejak tahun 1990 ini kaya
akan koleksi lukisan-lukisan karya pelukis ternama Indonesia, sketsa, dan patung. Diantara koleksi-koleksi tersebut
ada beberapa koleksi unggulan yang amat penting bagi sejarah perkembangan seni
rupa di Indonesia, seperti lukisan Pengantin Revolusi karya Hendra Gunawan dan
lukisan “Bupati Cianjur” karya Raden Saleh.
Sejumlah 8000 koleksi keramik menambah koleksi museum ini.
Penasaran dengan rupa mesin
hitung, mesin ATM, dan alat timbang barang kiriman jaman dulu ? Mari kita
menuju ke museum Bank Mandiri. Museum perbankan pertama di Indonesia ini
bergaya art deco klasik di kawasan
kota tua. Sensasi pengalaman menembus waktu ke bank tempoe doeloe dapat kita
temui disini. Museum ini menyuguhkan koleksi buku besar, mesin hitung, dan
berbagai koleksi uang koin maupun kertas tempo doeloe. Tak hanya itu, terdapat
pula tempat penyimpanan uang bawah tanah disini.
Tempat terakhir yang saya kunjungi
adalah museum Bank Indonesia. Javasche
bank (nama dulu Bank Indonesia) bangunan yang paling megah dan terawat
dengan baik diantara museum lainnya. Sejarah mencatat, bangunan ini sempat
mengalami beberapa kali perombakan sampai tahun 1922. Peran krusial Bank
Indonesia di kancah perbankan nusantara tak bisa dilepaskan dalam sejarah
perkembangan ekonomi Indonesia. Tujuan didirikannya museum ini oleh dewan
gubernur BI tak lain untuk memberikan pemahaman dan pegetahuan kepada
masyarakat akan peran Bank Indonesia, kebijakan-kebijakan BI yang telah
dilakukan, merawat dan melestarikan dokumen-dokumen dan benda-benda bersejarah
yang dimiliki BI sebagai pusat bank nusantara.
Pemuda
dekat dengan masa depan. Bagaimana mungkin pemuda dapat menggoreskan masa depan
cemerlang untuk bangsa, jika tak mau dekat dengan sejarah bangsanya sendiri.
Dengan mempelajari sejarah, pemuda dapat mengatur strategi efektif untuk
kemajuan bangsa. Generasi terbaik adalah generasi yang
mengambil hikmah dari setiap perjalanan, setiap tempat yang dikunjunginya.
Menjelajahi tempat-tempat bersejarah adalah bukti cinta terhadap masa lalu.
Melestarikan tempat-tempat bersejarah tentunya tanggung jawab setiap elemen
masyarakat. Pemuda ?!Ayo ke Museum !
Oleh : Dina Fauziah
Aktivis Badan Perwakilan
Mahasiswa Sampoerna School of Education