Agar Tak Salah Memilih

    “ Mau jadi dokter, pak guru, biar bisa sembuhin orang-orang cakit”..

   Jawaban itu seringkali kita dengar ketika kita duduk di bangku SD bahkan Taman Kanak-kanak. Jika kita ditanya mengenai cita-cita. Saya yakin hampir semuanya mengatakan dokter. Yah, dokter adalah salah satu profesi terfavorit ketika kita masih kanak-kanak. Pesona seseorang yang memakai jas putih, lengkap dengan stetoskop begitu menarik perhatian tidak hanya untuk anak-anak namun juga orang tua dari anak-anak tersebut. 

     Karena begitu ingin menjadi seorang dokter banyak  orangtua yang begitu over dalam mendidik anak-anaknya menjadi dokter. Tak sedikit orang tua yang keras mengajarkan anak-anak mereka sejak dini agar menjadi seorang dokter suatu hari nanti. Tentunya untuk menjadi seorang dokter harus masuk jurusan IPA terlebih dahulu di tingkat sekolah menengah. Maka, jika seorang anak mendapatkan nilai jelek di matematika, seringkali anak itu dianggap tidak pintar. Padahal setiap anak memiliki kelebihan yang berbeda dengan yang lain. Karena jika semua anak pintar di bidang sains atau matematika. Tidak akan ada profesi menjadi seorang pengacara, penyiar, seniman, dsb. 

     IPA adalah jurusan yang begitu menarik perhatian siswa SMA tingkat pertama. Dalam pandangan mereka banyak yang bilang bahwa masuk jurusan IPA sebuah prestasi yang hebat dan membuka peluang untuk menjadi dokter ataupun orang sukses di masa depan. Padahal tidak semua orang sukses berasal dari jurusan IPA. Jurusan IPA tidak menjamin seseorang itu untuk sukses. 

     Teringat sewaktu SMA  dulu, hampir semua teman-teman saya berebut masuk IPA. Masuk IPA memiliki nilai lebih di mata guru,orangtua dan lain-lain. Banyak yang bilang butuh perjuangan ekstra untuk masuk IPA . Setelah berhasil masuk, lalu mau apa?. Ternyata hal yang menurut kita hebat dari luar, belum tentu hebat dari dalam. Jika kita memiliki jiwa IPA sejati, kita akan mampu bertahan di IPA.  Namun, jika kita masuk IPA karena sesuatu hal lain misalkan lebih keren, menjaga gengsi  atau untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Lebih baik fikir-fikir dulu. Agar tak menyesal nantinya. 

    Keinginan kuat yang ingin masuk jurusan IPA terkadang membuat kita lupa bahwa kita unggul di bidang lain yang bukan di bidang IPA. Egoisme yang terkadang mengalahkan akal sehat untuk memilih bidang yang sesuai dengan kemampuan kita. 

   Tidak sedikit orang yang masuk jurusan IPA, kemudian setelah masuk ia menyesal. Dia baru menyadari bahwasanya dia lebih cenderung ke bidang lain. Di sisi lain, ada orang yang tidak diterima di jurusan IPA , namun ngotot masuk IPA dengan cara yang tak seharusnya. Padahal apa yang terbaik menurut kita belum tentu baik menurut sang pencipta kita. Dampak dari niat yang tidak baik ketika masuk jurusan IPA adalah tidak mampunya seseorang itu bertahan di jurusan IPA. Tidak fokus dalam mempelajari ilmu-ilmu eksak dan tidak sungguh-sungguh memanfaatkan waktu yang ada. Karena, apa yang dijalani saat ini akan menentukan masa depanmu.
 
   Rina, misalnya. Sejak duduk di kelas X dia  sangat ingin masuk jurusan IPA. Berbagai usaha telah dilakukannya untuk masuk jurusan yang banyak peminatnya itu. Namun, ketika pembagian rapor kenaikan kelas. Rina tidak masuk jurusan IPA, melainkan jurusan sosial. Pada awalnya tidaklah mudah untuk menerima takdir ini. Pada akhirnya, Rina tetap menjalani jurusan yang ia dapatkan dengan penuh rasa syukur pada-Nya. Hasilnya, Rina memperoleh peringkat 3 besar tiap tahun dan mengikuti berbagai olimpiade. Hal yang tak terbayangkan sebelumnya. Rencana-Nya memang begitu indah. 

   Contoh lain, Rahma. Banyak yang mengira bahwasanya Rahma akan memilih untuk masuk jurusan IPA. Karena sejak kecil nilai-nilai mata pelajaran di bidang eksaknya yang begitu memukau. Tak disangka, Rahma lebih memilih masuk jurusan sosial. Ketika ditanya kenapa masuk jurusan itu padahal dia mampu untuk masuk jurusan IPA. Rahma menjawab dia merasa yakin di jurusan sosial dan cita-citanya ingin masuk jurusan komunikasi. Setiap hari ia jalani tanpa rasa beban. Alhasil, Rahma selalu mengukir prestasi yang gemilang di jurusan itu dan memudahkannya masuk universitas ternama di jakarta tanpa masuk tes terlebih dahulu. Itu semua berkat pilihan tepat yang diambilnya. Dan, Rahma tidak silau dengan pesona jurusan IPA. 

   Contoh diatas hanyalah sebagian kecil yang berada disekitar kita. Jika kita mau membuka sedikit mata, hati dan fikiran. Keputusan yang akan kita hasilkan akan baik dan tidak ada penyesalan yang datang di kemudian hari. Bagi anda yang terlanjur masuk jurusan IPA, tak usah menyesal. Syukuri, dan jalani saja prosesnya. Belajar lebih tekun dan ekstra keras agar dapat bersaing dengan yang lain. Dan, untuk kalian yang telah sukses masuk di jurusan IPA, jangan pernah merasa puas karena telah berhasil amsuk jurusan IPA, belajar dengan tekun dan buktikan pada mereka bahwa kalian pantas di IPA bukan karena sesuatu yang lain sehingga kalian masuk di jurusan ini. Karena untuk masuk jurusan IPA adalah perkara yang mudah, namun bertahan di jurusan IPA adalah perkara yang sulit dan begitu menantang.

   Pada dasarnya semua jurusan itu baik dan menjanjikan kesuksesan. Semuanya tergantung kita. Karena setiap orang memiliki kelebihan yang berbeda dengan orang lain. Lihatlah potensi yang kau miliki, jangan salah memilih karena ikut trend dan ikut-ikutan orang lain. Karena penyesalan itu selalu datang belakangan. Agar kita dapat belajar dari pengalaman dan tak mengulanginya itulah esensi dari kata penyesalan.   Untuk menjadi seseorang yang sukses tidak harus masuk jurusan IPA, untuk menjadi seseorang yang sukses tidak harus menjadi seseorang dokter. It’s depend on you ! because everybody’s special ^_~

@Sweet Living Room
12:47
_ADF

Sumber gambar : http://www.djadoelpost.com/2011/11/tips-sukses-mengambil-keputusan.html

0 Responses