Sejarah penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Muhammad Al-Fatih.

            Sejarah penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Muhammad Al-Fatih.
                                              Dina Fauziah Sofian*

Abu Qubail menuturkan dari Abdullah bin Amr bin Ash, “Suatu ketika kami sedang menulis di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau ditanya, “Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Konstantinopel atau Romawi?” Beliau menjawab, “Kota Heraklius-lah yang akan terkalahkan lebih dulu.” Maksudnya adalah Konstantinopel.” [H.R. Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim]

Sultan Mehmed II (bahasa Turki Ottoman: محمد ثانى Meḥmed-i sānī, bahasa Turki: II. Mehmet, juga dikenal sebagai el-Fatih (الفاتح), “sang Penakluk” atau “sang pembuka”, dalam bahasa Turki Usmani, atau, Fatih Sultan Mehmet dalam bahasa Turki; 30 Maret 1432 – 3 Mei 1481) merupakan seorang sultan Turki Utsmani ke-7 yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun. Dia memangku kesultanan Utsmani setelah ayahnya wafat pada tanggal 16 bulan Muharram 855 H, bertepatan dengan tanggal 18 Pebruari 1451 M. Umurnya ketika itu 22 tahun. Seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawaduk setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di Ain Jalut melawan tentara Mongol).

Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepimpinannya serta taktik & strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga kaedah pemilihan tenteranya. Ia merupakan anak didik Syekh Syamsuddin yang masih merupakan keturunan Abu Bakar As-Siddiq. Syeikh Syamsuddin yang menanamkan semangat jihad pasukan Utsmani dan meyakinkan al-fatih dialah yang dimaksud rasulullah dalam haditsnya. Selain syekh Syamsuddin ada juga Al-Kurani yang mentarbiyah (mendidik) al-fatih untuk terus berpegang pada syariat, juga yang membantunya mengkhatamkan al-Qur’an ketika masih kanak-kanak.

Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambol (Islam keseluruhannya). Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya.

Diceritakan bahwa tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan solat wajib sejak baligh & separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajud sejak baligh. Hanya Sultan Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajud & rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.Sultan Muhammad II atau Mehmed Al-Fatih

Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani Orthodoks di Byzantium atau Constantinople yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. The Great Constantine memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu.

Yang mengincar kota ini untuk dikuasai termasuk bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, Arab-Muslim dan Pasukan Salib meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga atas kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di atas.

Wilayah Konstantinopel
Kota konstantinopel dianggap sebagai salah satu kota terpenting di dunia. Kota ini dibangun pada tahun 330 M oleh kaisar Byzantium, Constantine I. Konstantinopel memiliki posisi yang sangat penting di dunia :
“Andaikata dunia ini berbentuk satu kerajaan, maka konstantinopel akan menjadi kota yang paling cocok untuk menjadi ibukota kerajaan itu. “

Ketika kaum muslimin berjihad melawan kekaisaran Byzantium, konstantinopel memiliki aspek strategis dalam pertarungan saat itu. Rasulullah telah memberikan kabar gembira kepada para sahabat dalam beberapa kali sabdanya, bahwa kota itu akan bisa ditaklukkan. Diantaranya adalah saat terjadi perang Khandaq. Maka, para khalifah muslimin semenjak itu berlomba-lomba untuk menaklukkan konstantinopel dalam rentang waktu panjang, berharap merekalah orang yang dimaksud dapat menaklukkan konstantinopel.


 “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]
Upaya pertama dilakukan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan (Dinasti Umayyah) pada tahun 44 H atau 668M, namun gagal dan salah satu sahabat Rasulullah SAW yaitu Abu Ayyub Al-Anshari ra. gugur. Serangan lainnya dilakukan berkali-kali silih berganti, namunmengalami nasib yang sama.
Generasi berikutnya, baik dari Bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah hingga Turki Utsmani pada masa pemerintahan Murad II juga gagal menaklukkan Byzantium. Salah satu peperangan Murad II di wilayah Balkan adalah melawan Vlad Dracul, seorang tokoh Crusader yang bengis dan sadis (Dracula karya Bram Stoker adalah terinsipirasi dari tokoh ini). Selama 800 tahun kegagalan selalu terjadi, hingga anak Sultan Murad II yaitu Muhammad II naik tahta Turki Utsmani.

Sejak Sultan Murad I, Turki Utsmani dibangun dengan kemiliteran yang canggih, salah satunya adalah dengan dibentuknya pasukan khusus yang disebut Yanisari. Dengan pasukan militernya Turki Utsmani menguasasi sekeliling Byzantium hingga Constantine merasa terancam, walaupun benteng yang melindungi –bahkan dua lapis– seluruh kota sangat sulit ditembus, Constantine pun meminta bantuan ke Roma, namun konflik gereja yang terjadi tidak menelurkan banyak bala bantuan.

Sultan Melontarkan Ide Jenius

Kota dengan benteng 10m-an tersebut memang sulit ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7m. Dari sebelah barat melalui pasukan altileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan laut Marmara pasukan laut harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn “Tanduk Emas” yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.

Berhari-hari hingga berminggu-minggu benteng Byzantium tak bisa jebol, kalaupun runtuh membuat celah pasukan Constantine mampu mempertahankan celah tersebut dan dengan cepat menumpuk kembali hingga tertutup. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal. Hingga akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui selat Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang. Kapal-kapal itu pun mulai dikeluarkan dari selat bosporus untuk naik ke daratan. Disana dinaikkan diatas kayu-kayu licin , lalu pasukan utsmani mulia menarik perahu-perahu itu menuju selat tanduk emas. Malam itu tentara utsmani mampu menarik lebih dari 70 kapal dan dilabuhkan di tanduk emas. Hal itu dilakukan di tengah kelengahan musuh dan menggunakan cara yang tidak lazim .
Upaya menarik kapal-kapal tersebut, dengan dilapisi minyak dan lemak, merupakan kejadian spektakuler “Maha karya”  sepanjang sejarah dunia militer.

Seorang ahli sejarah tentang Byzantium menyatakan kekaguman-nya atas teknik yang ditempuh pasukan utsmani itu. Dia berkata, kami tidak pernah melihat dna tidak pernah mendengar sebelumnya, sesuatu yang luar biasa itu. Muhammad Al-Fatih telah mengubah bumi menjadi lautan dan dia menyebrangkan kapal-kapalnya di puncak-puncak gunung, sebagai pengganti gelombang-gelombang. Sungguh cara seperti itu jauh melebihi apa yang dilakukan oleh Alexander Agung (Penakluk Eropa)
Sultan kemudian melakukan strategi “Psy War” atau perang urat syaraf (pada hakikatnya ia tetap merupakan perang dalam wujud aslinya). Tetapi efek psikologisnya sangat kuat untuk menekan musuh. Strategi ini dengan cara melipatgandakan serangan pada tapal batas dan dia fokuskan serangan untuk melemahkan musuh, ditambah dengan teriakan takbir yang bergemuruh pasukan utsmani. Ini yang menambah ketakutan tentara Byzantium.

Jatuhnya Konstantinopel

Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia, dan Sultan Muhammad II memberi perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Islam, Yahudi ataupun Kristen. Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.
Toleransi tetap ditegakkan, siapa pun boleh tinggal dan mencari nafkah di kota tersebut. Sultan kemudian membangun kembali kota, membangun sekolah –terutama sekolah untuk kepentingan administratif kota– secara gratis, siapa pun boleh belajar, tak ada perbedaan terhadap agama, membangun pasar, membangun perumahan, bahkan rumah diberikan gratis kepada para pendatang yang bersedia tinggal dan mencari nafkah di reruntuhan kota Byzantium tersebut. Hingga akhirnya kota tersebut diubah menjadi Istanbul, dan pencarian makam Abu Ayyub dilakukan hingga ditemukan dan dilestarikan.
Dan kini Hagia Sophia yang megah berubah fungsi menjadi museum.
Tombstone of Muhammad Al Fatih

*Penulis adalah pimpinan redaksi buletin Madani
Sekretaris Redaksi situs berita online eramadina.com
Demisioner Kadep Humas KAMMI Madani 2012/2013

Sumber :
http://soalsdn2.blogspot.com/2012/09/sejarah-penaklukan-konstantinopel-oleh.html
Dr.Ali Muhammad As-Shalabi. Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah.Penerbit Pustaka Al-Kautsar:Jakarta



0 Responses