Surat Cinta Para Syuhada

Wahai hamba Allah

Perkenalkanlah kami para mujahid yang berbai’at pada Muhammad untuk berjihad selagi nyawa masih dijasad. Kamilah yang tidak punya pilihan ketiga hanya kemenangan mulia atau menyandang syuhada. Kami yang menjual harta dan jiwa pada Allah pembelinya, hanya syurga harga janji-Nya. Kami bercita tak pernah mati, karena Ia telah berjanji jangan kira syuhada itu mati, tetapi hidup disisi Robb-Nya penuh rizqi dan abdi




Wahai orang-orang yang terlena

Kenalkah kalian denganku ? Ya akulah sang pembebas Al-Aqsho, rumah Allah yang diberkati. Akulah pengukir tinta emas itu, seorang panglima perang, Sholahuddin Al-Ayyubi. Orang-orang di zamanku mengenalku tak lebih dari seorang panglima yang selalu menjaga sholat berjama’ah. Kesenanganku adalah mendengarkan bacaan Alquran yang indah dan syahdu. Malam-malamku adalah yang kutunggu. Saat aku bercengkerama dengan Robbku. Sedang siangku adalah perjuangan nyata, pengejawantahan cintaku pada-Nya. Bagaimana denganmu ? Masihkah kalian melalaikan sholat berjama’ah ? Atau waktu malammu kau habiskan untuk kepuasanmu ?


Wahai orang-orang

Kau pasti pernah mendengarku sang ulama mujahid pembangkit jihad palestina. Aku adalah Izzuddin Al-Qossam.Waktu mudaku adalah pembangkit semangatku dalam mencari ilmu dan berjihad. Kajian-kajian revolusioner yang mengajarkanku akan arti pembebasan, selalu kuikuti walau pemerintah selalu memburu. Tiba saatnya mengangkat senjata. Semangatku dalam meraih pembebasan, adalah azzam yang tak pernah padam untuk berjihad. Sampailah ketika diriku syahid. Hingga kafir mengira diriku telah mati. Percayalah bahwa diriku belum mati, karena kini aku telah menjelma menjadi sekelompok ksatria yang mewarisi semangatku. Brigade Syahid Izzuddin Al-Qossam


Wahai orang-orang yang tak pernah bersyukur

Aku Syekh Ahmad Yassin, lelaki tua pemimpin HAMAS pada masa ku. Tak malukah kalian denganku, lelaki tua lumpuh yang telah uzur ? Ragaku memang tua, tapi semangatku terus menyala. Dengan kursi roda, aku mengguncang dunia. Akulah penggerak perjuangan HAMAS. Rinduku disepertiga malam terakhir adalah yang kunanti. Sholat shubuh berjama’ah di masjid adalah keseharianku. Ingatkah kalian di shubuh terakhirku ? Disaat rudal menghadang lajuku yang renta ini? Sampai aku menghadap Robb-ku dengan senyum berbekas di wajahku? Masihkah kalian tidak bergeming, walau jasad kalian tidak sepertiku?


Lain halnya denganku Akram Shidqy Athrasy. Kebutaan pada mataku tak pernah meluluh lantakkanku untuk berjihad. Mata hatiku selalu mengahatarkan jiwaku dalam menempuh syurga. Masikah kalian tak bersyukur, dengan raga kalian yang tidak sepertiku ?



Wahai orang-orang yang terbuai

Pernahkah kalian mendengar jasad yang telah hancur namun masih ditakuti tentara zionis? Itulah jasadku, Imad Aqil. Akulah sang pemimpin pasukan elit Unit Syuhada Al-Aqsho dalam brigade Izzuddin Al-Qossam. Kelihaianku adalah menyelinap pertahanan zionis yang terkenal ketat itu. Sampai aku menjadi salah satu incaran buronan zionis. Suatu hari keberadaanku terkuak zionis. Dengan ratusan tentara, puluhan panser, 60 bom, dan beberapa helikopter, mereka mengepungku. Ya, hari itu adalah hari terakhirku berpuasa. Dengan takbir, rentetan senjata api menyambut tubuhku. Sebuah meriam tank akhirnya meluluhlantakkan tubuhku, mengantarkanku menemui Robb-ku.


Wahai orang-orang

Akulah Al-muhandis dari rafat, Yahya Ayyash namaku. Posterku ditempel diseluruh bumi jajahan zionis. Dengan keahlianku, kubuat segala kesederhanaan dan keterbatasan menjadi suatu kepastian nan brilian. Bom rakitanku kerap kali tak dapat terdeteksi. Ya, jadilah aku sang buronan no. 1 zionis. Tibalah pada pengkhianatan seorang kerabatku, yang menghantarkanku menuju Robb-ku. Kematianku diumumkan dibumi zionis dengan gegap gempita. Seolah mereka telah lepas dari ketakutan. Sayang mereka tidak menyadari. Karena dibelakangku telah lahir ayyash-ayyash baru dengan secercah cahaya harapan.


Wahai para pemuda

Ketahuilah aku tidak seperti mu !! Akulah singa muda brigade Izzuddin Al-Qossam, Muhammad Fathi Farhat. Kenalkah kalian denganku ? Aku tidak sepertimu yang selalu mengahabiskan waktu mudamu untuk bersenang-senang atau bahkan menjajakan diri gaya hidup dan style para zionis. Aku tumbuh di bumi jihad Palestina. Umurku tidak lebih dari 18 tahun, tapi ku wakafkan jiwaku untuk Allah ! Tak sadarkah kalian para pemuda, padahal Allah menjanjikan syurga-Nya untukmu ?


Aku pun tak sepertimu duhai para aktivis !! Sudah sejauh apa da’wahmu untuk ummat sampai-sampai dirimu melupakan keluargamu ? Tak ingatkah kalian disela-sela ku berjihad. ku selalu meluangkan waktu untuk ibuku ? Masih ingatkah kalian di hari kesyahidanku ? Kujemput syahidku ketika sebelumnya ku bercengkrama, jalan-jalan, pamit bahkan mengecup ibuku. Tak tergerakkah hatimu? Pedulikah dirimu dengan keluargamu?


Atas nama Palestina kami kan terus berjuang

Atas nama iman kami kan terus terdepan

Atas nama Al-Aqsho kami kan terus berjanji

Atas nama para syuhada jiwa ini tak akan pernah gentar

Atas nama Allah jiwa ini kan terus mengabdi
0 Responses